Selasa, 14 Mei 2013

Makalah Hidrosefalus-Fimosis


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

1.    Hidrosefalus

Penyebab hidrosefalus bias terjadi bila terdapat : penyumbatan aliran Cairan Cerebro Cpinalis (CSS) pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam system ventrikel dan tempat absorbs dalam ruang subarackhoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS di atasnya. CSS di produksi  ± 0,35 ml/menit atau 500 ml/hari dengan demikian CSS di perbaharui setiap 8 jam pada anak dengan hidrosefalus, produksi CSS ternyata berkurang ± 0,3/menit.

CSS di bentuk oleh : plexus choroideus parenchin otak arachknoid. CSS mengalir dari tempat pembentukannya ke tempat absorbsinya. CSS mengalir dari ventrikel lateralis melalui sepasang foramen Monro ke dalam ventrikel III, dari sini melalui aquaduktus sylvius menuju ventrikel IV.

Dalam otak manusia orang dewasa : jumlah normal CSS =90 – 150 ml, ank umur 8-10th ; 100-140 ml, bayi : 40-60 ml, Neonatus 20-30 ml, premature kecil : 10-20 ml.

2.    Fimosisi

        Normalnya hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang, dan debris yang dihasilkan oleh epitel prepusium (smegma) mengumpul didalam prepusium dan perlahan-lahan memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat prepusium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal. Pada saat usia 3 tahun, 90% prepusium sudah dapat di retraksi.1

Pada kasus fimosis lubang yang terdapat di prepusium sempit sehingga tidak bisa ditarik mundur dan glans penis sama sekali tidak bisa dilihat. Kadang hanya tersisa lubang yang sangat kecil di ujung prepusium. Pada kondisi ini, akan terjadi fenomena “balloning” dimana prepusium mengembang saat berkemih karena desakan pancaran urine yang tidak diimbangi besarnya lubang di ujung prepusium. Bila fimosis menghambat kelancaran berkemih, seperti pada balloning maka sisa-sisa urin mudah terjebak di dalam prepusium. Adanya kandungan glukosa pada urine menjadi pusat bagi pertumbuhan bakteri. Karena itu, komplikasi yang paling sering dialami akibat fimosis adalah infeksi saluran kemih (ISK). ISK paling sering menjadi indikasi sirkumsisi pada kasus fimosis.

Fimosis juga terjadi jika tingkat higienitas rendah pada waktu BAK yang akan mengakibatkan terjadinya penumpukan kotoran-kotoran pada glans penis sehingga memungkinkan terjadinya infeksi pada daerah glans penis dan prepusium (balanitis) yang meninggalkan jaringan parut sehingga prepusium tidak dapat ditarik kebelakang.

Pada lapisan dalam prepusium terdapat kelenjar sebacea yang memproduksi smegma. Cairan ini berguna untuk melumasi permukaan prepusium. Letak kelenjar ini di dekat pertemuan prepusium dan glans penis yang membentuk semacam “lembah” di bawah korona glans penis (bagian kepala penis yang berdiameter paling lebar). Di tempat ini terkumpul keringat, debris/kotoran, sel mati dan bakteri. Bila tidak terjadi fimosis, kotoran ini  mudah dibersihkan. Namun pada kondisi fimosis, pembersihan tersebut sulit dilakukan karena prepusium tidak bisa ditarik penuh ke belakang. Bila yang terjadi adalah perlekatan prepusium dengan glans penis, debris dan sel mati yang terkumpul tersebut tidak bisa dibersihkan.


A.    Tujuan

1.    Untuk  mengetahui pengertian hidrosefalus dan fimosis.

2.    Untuk mengetahui penyebab hidrosefalus dan fimosis.

3.    Untuk mengetahui tanda dan gejala hidrosefalus dan fimosis.

4.    Untuk mengetahui pelaksanaan hidrosefalus dan fimosis.


 

BAB II

LANDASAN TEORI

 

1.1.       HIDROSEFALUS
A.      Definisi
     Hidrosefalus adalah jenis penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan didalam otak (cairan serebro spinal). Penyakit ini juga dapat ditandai dengan dilatasi ventrikel serebra, biasanya terjadi secara sekunder terhadap obstruksi jalur cairan serebrospinal, dan disertai oleh penimbunan cairan serebrospinal didalam kranium; secara tipikal, ditandai dengan pembesaran kepala, menonjolnya dahi, atrofi otak, deteriorasi mental, dan kejang-kejang.
B.       Etiologi
     Gangguan aliran cairan yang menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak disekitarnya, khususnya pusat-pusat syaraf yang vital. Menurut lembaga Nasional Instutite of Neurological Disorders and Stroke (NINDS), gangguan, aliran cairan otak ada tiga jenis, yaitu:
a.         Gangguan aliran adanya hambatan sirkulasi
Contoh; Tumor otak yang terdapat didalam ventrikel akan menyubat aliran cairan otak.
b.         Aliran cairan otak tidak tersumbat, tetapi sebaliknya cairan itu diproduksi berlebihan, akibatnya cairan otak bertambah banyak.
Contoh; Tumor ganas di sel-sel yang memproduksi cairan otak
c.         Cairan otak yang mengalir jumlahnya normal dan tidak ada sumbatan, tetapi ada gangguan dalam proses penyerapan cairan ke pembuluh darah balik, sehingga otomatis jumlah cairan akan meningkat pula.
Misalnya; Bila ada cairan nanah (meningitis atau infeksi selaput otak) atau darah (akibat trauma) disekitar penyerapan.

     Ketidakseimbangan antara produksi dan penyerapan, dapat perlahan atau progresif, menyebabkan ventrikel-ventrikel tersebut melebar, kemudian menekan jaringan otak sekitarnya. Tulang tengkorak bayi dibawah dua tahun yang belum menutup akan memungkinkan kepala bayi membesar. Pembesaran kepala merupakan salah satu petunjuk klinis yang penting untuk mendeteksi hidrosefalus.
C.       Pembagian
Terdapat dua klasifikasi hidrosefalus, yang pertama berdasarkan sumbatannya dan yang kedua berdasarkan perolehannya.
1.         Berdasarkan sumbatannya
a.         Hidrosefalus obstruktif
Tekanan Cairan SerebroSpinal CSS yang meningkat disebabkan adanya obstruksi pada salah satu tempat pembentukan CSS, antara lain pada pleksus koroidalis dan keluarnya ventrikel IV melalui foramen luscka dan magendi.
b.        Hidrosefalus komunikan KS
Adanya peningkatan tekanan intracranial tanpa disertai adanya penyumbatan pada salah satu tempat pembentukan CSS.
2.         Berdasarkan perolehannya
a.         Hidrosefalus congenital
Hidrosefalus ini sudah diderita sejak lahir (sejak dalam kandungan). Ini berarti pada saat lahir, otak terbentuk kecil atau pertumbuhan otak terganggu akibat terdesaknya tekanan intracranial. Hidrosefalus congenital, diantaranya disebabkan oleh hal-hal berikut:
·           Stenosis akuaduktus sylvii, merupakan penyebab terbanyak pada bayi dan anak. Gejalanya akan terlihat sejak lahir dan dengan progresif atau dengan cepat berkembang pada bulan-bulan pertama setelah lahir
·           Spina bifida dan kraniumbifida, berhubungan dengan sindrom Arnold-Chlari
·           Sindrom Dandy-Walker, terdapat kista besar didaerah fosa posterior
·           Kista araknoid, terjadi secara congenital ataupun trauma suatu hematoma
·           Anomali pembuluh darah, akibat adanya obstruksi akuaduktus
b.        Hidrosefalus Didapat
Pada hidrosefalus jenis ini, terjadi pertumbuhan otak yang sudah sempurna dan kemudian terjadi gangguan oleh karena adanya tekanan intracranial yang tinggi. Kelainan ini biasanya terjadi pada bayi dan anak yang penyebabnya antara lain adalah sebagai berikut:
·           Infeksi, biasanya terjadi pada hidrosefalus pasacameningitis, meningokel, dan ensefalokel. Pembesaran kepala terjadi beberapa minggu sampai bulan sesudah sembuh dari penyakit tersebut
·           Neoplasma, disebabkan karena adanya obstruksi mekaanis pada aluran aliran CSS
·           Perdarahan intracranial yang dapat menyebabkan hematoma didalam otak, sehingga dapat menimbulkan penyumbatan
D.      Tanda dan Gejala
1.         Tengkorak kepala mengalami pembesaran
2.         Muntah dan nyeri kepala
3.         Kepala terlihat lebih besar dari tubuh
4.         Ubun-ubun besar melebar dan tidak menutup pada waktunya, teraba tegang dan menonjol
5.         Dahi lebar, kulit kepala tipis, tegang dan mengilat
6.         Pelebaran vena kulit kepala
7.         Saluran tengkorak belum menutup dan teraba melebar
8.         Terdapat cracked pot sign bunyi seperti pot kembang retak saat dilakukan perkusi kepala
9.         Adanya sunset sign dimana sclera berada diatas iris seakan-akan menyerupai matahari terbenam
10.     Pergerakan bola mata teratur
11.     Kerusakan saraf yang dapat memberikan gejala kelainan neorologis berupa:
·      Gangguan kesadaran
·      Kejang
·      Terkadang terjadi gangguan pusat vital
E.     Penatalaksanaan
1.         Umum
a.         Pengawasan suhu atau pencegahan hipotermi
b.        Pencegahan infeksi
c.         Observasi TPRS, aktivitas, reaksi dan rangsangan, serta adanya dilatasi pupil strabismus
d.        Intake-output
e.         Perawatan sehabis BAK dan BAB
2.         Khusus
a.         Pengukuran lingkar kepala dilakukan dari dahi-atas telinga-belakang kepala-lingkaran keatas kepala sisi sebelahnya-pertemukan didahi, kemudian dibaca satu atau dua angka dibelakang koma, lalu catat dan buat grafiknya.
b.        Pengawasan dan pencegahan muntah
·           Catat kapan terjadi muntah dan berapa frekuensinya selama 24 jam serta berapa banyak yang dimuntahkan
·           Berikan minum sedikit-sedikit tapi sering
·           Bila sampai terjadi muntah segera lakukan suction untuk mencegah terjadinya aspirasi pneumonia
c.         Pengawasan kejang
·           Hitung berapa lama kejang terjadi dan frekuensinya selama 24 jam
·           Pasang tongue spatel untuk mencegah etraksi lidah yang dapat menyebabkan perdarahan atau sumbatan pada saluran pernapasan
d.        Persiapan operasi
·           Lakukan informed consent dan informed choice pada keluarga tentang besarnya biaya yang perlu dieprsiapkan serta kemungkina-kemungkinan yang bisa timbul setelah dilakukan operasi
·           Siapkan hasil pemeriksaan darah, X-Ray, dan CT scan
·           Surat izin operasi dari dokter
·           Oksigen
·           Inkubator
e.         Pemberian makanan dan minuman
Biasanya tidak perlu diet, tetapi yang terpenting adalah sedikit-sedikit namun sering (prinsip pemberian makan dan minum pada bayi dengan hidrosefalus)
f.         Perawatan luka
Biasanya dilakukan 3 hari setelah operasi dengan mengganti balutan 2 kali perhari
g.        Pencegahan dekubitus
·           Sebaiknya posisi anak diubah-ubah, tetapi bagian kepala harus dalam posisi yang terjaga jangan sampai tertekan
·           Lakukan massase pada daerah yang tertekan dengan sebelumnya mengolesi daerah tersebut dengan minyak atau losion
h.        Mencegah terjadinya kontraktur
Hal ini perlu diperhatikan, terutama pada anak yang belum dilakukan operasi dan sering mengalami kejang. Daerah ekstremitas atas dan bawah haru sering digerak-gerakan untuk menghindari kekauan otot.
            NINDS menyebutkan bahwa kategori penanganan hidrosefalus adalah “life saving and life sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian.
Hal yang dilakukan untuk mengetahui penyakit ini antara lain adalah :
a.         Pengukuran lingkar kepala secara serial dan teratur. Hal ini sangat penting untuk deteksi dini penyakit, karena pembesaran kepala merupakan salah satu petunjuk klinis yang penting untuk mendeteksi hidrosefalus
b.         Foto polos kepala dan disusul dengan pemeriksaan ultrasonografi
Hal ini digunakan untuk menunjang dan melengkapi diagnosis sehingga diperlukan pemeriksaan tambahan mulai dari yang sederhana
c.         Pemeriksaan dengan senografi
Pemeriksaan ini dapat digunakan menjadi data minimal untuk menilai pelebaran ventrikel dan ketebalan jaringan otak. Jika ketebalan kurang dari 2 cm, maka nilai tindakan bedah tidak bermanfaat
d.        Pemeriksaan computerized tomography scan (CT scan) atau magnetic resonance imaging (MRI)
Digunakan untuk mendeteksi struktur anatomi otak, dan penyebab hidrosefalus, misalnya tumor dalam rongga ventrikel yang semua itu berkaitan dengan strategi penanganan hidrosefalus

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menangani hidrosefalus antara lain :
a.         Menggunakan teknologi pintasan seperti silicon
Hal ini penting karena selang pintasan itu ditanam dijaringan otak, kulit, dan rongga perut dalam waktu yang lama bahkan seumur hidup menderita, sehingga perlu dihindari efek reaksi penolakan oleh tubuh. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan dilakukan setelah diagnosis dilengkapi dan indikasi serta syarat dipenuhi. Tindakan dilakukan terhadap penderita yang dibius otak ada sayatan kecil didaerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak yang selanjutnya selang pintasan ventrikel dipasang, disusul kemudian dibuat sayatan kecil didaerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan rongga perut antara kedua ujung selang tersebut dihubungkan, dengan sebuah selang pintasan yang ditanam dibawah kulit sehingga tidak terlihat dari luar.
b.        Teknik neuroendoskopi
Endoskopi dapat digunakan sebagai alat diagnose dan sekaligus tindakan bedah. VRIES pada tahun 1978 mengembangkan endoskopi yang canggih, yakni sebuah selang fiber-optik yang dilengkapi dengan peralatan bedah mikro dan sinar laser. Dengan demikian, melalui sebuah lubang dikepala, selang dipadu dengan layar televise, dioperasikan alat bedah untuk mebuka tumor yang menyumbat rongga ventrikel.


1.2.     FIMOSIS

A.      Definisi
     Fimosis adalah keadaan dimana kulit penis (preuputium) melekat pada bagian kepala (grans) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air seni, sehingga bayi dan anak jadi kesulitan dan kesakitan saat kencing.
     Sebenarnya yang berbahaya bukanlah fimosis itu sendiri, melainkan kemungkinan timbulnya infeksi pada saluran air seni (areter) kiri dan kanan, kemudian keginjal. Infeksi ini memang dapat menjalar keginjal dan menimbulkan kerusakan pada ginjal.
     Apabila preputium melekat pada glans penis, maka caira sperma, yaitu cairan putih, kental, yang biasanya mengumpulkan diantara kulit kulup dan kepala penis akan tertimbun ditempat itu, sehingga mudah sekali terjadi infeksi. Biasanya yang diserang adalah bagian ujung penis, sehingga disebut infeksi ujung penis atau balanitis. Sewaktu akan kencing, anak menjadi rewel yang terlihat adalah kulit kulup terbelit dan menggelembung.

B.       Etiologi
     Kelainan ini juga menyebabkan bayi/anak sukar berkemih. Kadang-kadang begitu sukar sehingga kulit prepusium menggelembung seperti balon. Bayi/anak sering menangis keras sebelum urine keluar. Keadaan demikian lenih baik segera disunat, tetapi kadang orang tua tidak tega karena bayi masih kecil. Untuk menolongnya dapat dicoba dengan melebarkan lubang prepusium dengan cara mendorong kebelakang kulit prepusium tersebut dan biasanya akan terjadi luka. Untuk mencegah infeksi dan agar luka tidak merapat lagi pada luka tersebut dioleskan salep antibiotic. Tindakan ini mula-mula dilakukan oleh dokter, selanjutnya dirumah orang tua sendiri diminta melakukannya seperti dilakukan oleh dokter (pada orang barat sunat dilakukan pada seorang bayi laki-laki ketika masih dirawat/ketika baru lahir). Tindakan ini dimaksudkan untuk kebersihan/mencegah infeksi karena adanya smegma, bukan karena keagamaan.
     Adanya smegma pada ujung prepusium juga menyulitkan bayi berkemih maka setiap memandikan bayi hendaknya prepusium didorong kebelakang kemudian ujungnya dibersihkan dengan kapas yang telah diterjang dengan air matang.
     Untuk mengetahui adanya kelainan saluran kemih pada bayi, tiap bayi baru lahir harus diperhatikan apakah bayi telah berkemih setelah lahir atau paling lambat 24 jam setelah lahir. Perhatikan apakah urine banyak atau sedikit sekali. Bila terdapat gangguan ekskresi akan terlihat sembab pada mukanya. Atau bila kelainan lain misalnya kita akan terlihat perut bayi lebih besar dari normal. Jika menjumpai kelainan tersbut beritahu dokter. Sampai bayi umur 3 hari pengeluaran urine tidak terpengaruh oleh pemberian cairan. Baru setelah umur 5 hari dapat terpengaruh.
C.       Tanda dan Gejala
1.         Bayi sukar buang air kecil
2.         Kulit prepusium menggembung seperti balon
3.         Bayi menangis keras sebelum berkemih
D.      Penatalaksanaan
1.         Tindakan paling baik adalah dilakukan sirkumsisi (sunat) pada bayi
2.         Apabila orang tua tidak tega, maka cobalah untuk melakukan pelebaran prepusium dengan mendorong prepusium kebelakang. Namun biasanya hal ini akan menyebabkan luka
3.         Jika terjadi luka, oleskan salep antibiotik untuk pencegahan infeksi

Pada 90% laki-laki yang telah dikhitan kulup zakar menjadi dapat ditarik kembali (diretraksi) pada umur 3 tahun. Ketidakmampuan untuk meretraksi kulup zakar sebelum umur ini dengan demikian fimosis patologis dan fimosis merupakan indikasi untuk dikhitan. Fimosis adalah ketidakmampuan kulup zakar untuk diretraksi pada umur tertentu yang secara normal harus dapat diretraksi. Fimosis dapat konegnital/sekuele radang. Fimosis yang sebenarnya biasanya memerlukan bedah pelebaran/pembesaran cincin fomosis/khitan. Akumulasi smegma dibuah kulup zakar infatil fimosis patologis dan fimosis memerlukan pengobatan bedah.

 

BAB III

PENUTUP

 

Kesimpulan :
Fimosis adalah ketidakmampuan kulup zakar untuk diretraksi pada umur tertentu yang secara normal harus dapat diretraksi. Fimosis dapat konegnital/sekuele radang. Fimosis yang sebenarnya biasanya memerlukan bedah pelebaran/pembesaran cincin fomosis/khitan. Akumulasi smegma dibuah kulup zakar infatil fimosis patologis dan fimosis memerlukan pengobatan bedah.

Hidrosefalus adalah jenis penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan didalam otak (cairan serebro spinal). Penyakit ini juga dapat ditandai dengan dilatasi ventrikel serebra, biasanya terjadi secara sekunder terhadap obstruksi jalur cairan serebrospinal, dan disertai oleh penimbunan cairan serebrospinal didalam kranium; secara tipikal, ditandai dengan pembesaran kepala, menonjolnya dahi, atrofi otak, deteriorasi mental, dan kejang-kejang


 

DAFTAR PUSTAKA


Sudarti,2010,kelainan dan penyakit pada bayi dan balita,Yogyakarta : nuha medika.

Rukiyah yeyeh ai,dkk, 2010,asuhan kebidanan IV, Jakarta Timur : CV. Trans Info Media

Lia dewi Vivian nanny,2010,asuhan neonatus bayi dan anak balita, Jakarta : Salemba Medika

http://fimosis.html

http://Makalah-Praktikum-Asuhan-Kebidanan-Neonatus-II-Fimosis-Dan-Hipospodia.html

http://Apakah_Fimosis_MajalahKesehatan.com.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar