BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Hidrosefalus
Penyebab hidrosefalus bias terjadi bila terdapat : penyumbatan aliran Cairan Cerebro Cpinalis (CSS) pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam system ventrikel dan tempat absorbs dalam ruang subarackhoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS di atasnya. CSS di produksi ± 0,35 ml/menit atau 500 ml/hari dengan demikian CSS di perbaharui setiap 8 jam pada anak dengan hidrosefalus, produksi CSS ternyata berkurang ± 0,3/menit.
CSS di bentuk oleh : plexus choroideus parenchin otak arachknoid. CSS mengalir dari tempat pembentukannya ke tempat absorbsinya. CSS mengalir dari ventrikel lateralis melalui sepasang foramen Monro ke dalam ventrikel III, dari sini melalui aquaduktus sylvius menuju ventrikel IV.
Dalam otak manusia orang dewasa : jumlah normal CSS =90 – 150 ml, ank umur 8-10th ; 100-140 ml, bayi : 40-60 ml, Neonatus 20-30 ml, premature kecil : 10-20 ml.
2. Fimosisi
Normalnya hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang, dan debris yang dihasilkan oleh epitel prepusium (smegma) mengumpul didalam prepusium dan perlahan-lahan memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat prepusium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal. Pada saat usia 3 tahun, 90% prepusium sudah dapat di retraksi.1
Pada kasus fimosis lubang yang terdapat di prepusium sempit sehingga tidak bisa ditarik mundur dan glans penis sama sekali tidak bisa dilihat. Kadang hanya tersisa lubang yang sangat kecil di ujung prepusium. Pada kondisi ini, akan terjadi fenomena “balloning” dimana prepusium mengembang saat berkemih karena desakan pancaran urine yang tidak diimbangi besarnya lubang di ujung prepusium. Bila fimosis menghambat kelancaran berkemih, seperti pada balloning maka sisa-sisa urin mudah terjebak di dalam prepusium. Adanya kandungan glukosa pada urine menjadi pusat bagi pertumbuhan bakteri. Karena itu, komplikasi yang paling sering dialami akibat fimosis adalah infeksi saluran kemih (ISK). ISK paling sering menjadi indikasi sirkumsisi pada kasus fimosis.
Fimosis juga terjadi jika tingkat higienitas rendah pada waktu BAK yang akan mengakibatkan terjadinya penumpukan kotoran-kotoran pada glans penis sehingga memungkinkan terjadinya infeksi pada daerah glans penis dan prepusium (balanitis) yang meninggalkan jaringan parut sehingga prepusium tidak dapat ditarik kebelakang.
Pada lapisan dalam prepusium terdapat kelenjar sebacea yang memproduksi smegma. Cairan ini berguna untuk melumasi permukaan prepusium. Letak kelenjar ini di dekat pertemuan prepusium dan glans penis yang membentuk semacam “lembah” di bawah korona glans penis (bagian kepala penis yang berdiameter paling lebar). Di tempat ini terkumpul keringat, debris/kotoran, sel mati dan bakteri. Bila tidak terjadi fimosis, kotoran ini mudah dibersihkan. Namun pada kondisi fimosis, pembersihan tersebut sulit dilakukan karena prepusium tidak bisa ditarik penuh ke belakang. Bila yang terjadi adalah perlekatan prepusium dengan glans penis, debris dan sel mati yang terkumpul tersebut tidak bisa dibersihkan.
A. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hidrosefalus dan fimosis.
2. Untuk mengetahui penyebab hidrosefalus dan fimosis.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala hidrosefalus dan fimosis.
4. Untuk mengetahui pelaksanaan hidrosefalus dan fimosis.
BAB II
LANDASAN TEORI
1.1.
HIDROSEFALUS
A. Definisi
Hidrosefalus adalah jenis penyakit yang terjadi akibat gangguan
aliran cairan didalam otak (cairan serebro spinal). Penyakit ini juga dapat
ditandai dengan dilatasi ventrikel serebra, biasanya terjadi secara sekunder
terhadap obstruksi jalur cairan serebrospinal, dan disertai oleh penimbunan
cairan serebrospinal didalam kranium; secara tipikal, ditandai dengan
pembesaran kepala, menonjolnya dahi, atrofi otak, deteriorasi mental, dan
kejang-kejang.
B. Etiologi
Gangguan aliran cairan yang menyebabkan cairan tersebut
bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak disekitarnya,
khususnya pusat-pusat syaraf yang vital. Menurut lembaga Nasional Instutite of
Neurological Disorders and Stroke (NINDS), gangguan, aliran cairan otak ada
tiga jenis, yaitu:
a.
Gangguan aliran adanya hambatan
sirkulasi
Contoh; Tumor otak yang
terdapat didalam ventrikel akan menyubat aliran cairan otak.
b.
Aliran cairan otak tidak tersumbat,
tetapi sebaliknya cairan itu diproduksi berlebihan, akibatnya cairan otak
bertambah banyak.
Contoh; Tumor ganas di
sel-sel yang memproduksi cairan otak
c.
Cairan otak yang mengalir jumlahnya
normal dan tidak ada sumbatan, tetapi ada gangguan dalam proses penyerapan
cairan ke pembuluh darah balik, sehingga otomatis jumlah cairan akan meningkat
pula.
Misalnya; Bila ada
cairan nanah (meningitis atau infeksi selaput otak) atau darah (akibat trauma)
disekitar penyerapan.
Ketidakseimbangan antara produksi dan penyerapan, dapat perlahan
atau progresif, menyebabkan ventrikel-ventrikel tersebut melebar, kemudian
menekan jaringan otak sekitarnya. Tulang tengkorak bayi dibawah dua tahun yang
belum menutup akan memungkinkan kepala bayi membesar. Pembesaran kepala
merupakan salah satu petunjuk klinis yang penting untuk mendeteksi
hidrosefalus.
C. Pembagian
Terdapat dua
klasifikasi hidrosefalus, yang pertama berdasarkan sumbatannya dan yang kedua
berdasarkan perolehannya.
1.
Berdasarkan sumbatannya
a.
Hidrosefalus obstruktif
Tekanan Cairan
SerebroSpinal CSS yang meningkat disebabkan adanya obstruksi pada salah satu
tempat pembentukan CSS, antara lain pada pleksus koroidalis dan keluarnya
ventrikel IV melalui foramen luscka dan magendi.
b.
Hidrosefalus komunikan KS
Adanya peningkatan
tekanan intracranial tanpa disertai adanya penyumbatan pada salah satu tempat
pembentukan CSS.
2.
Berdasarkan perolehannya
a.
Hidrosefalus congenital
Hidrosefalus ini sudah
diderita sejak lahir (sejak dalam kandungan). Ini berarti pada saat lahir, otak
terbentuk kecil atau pertumbuhan otak terganggu akibat terdesaknya tekanan
intracranial. Hidrosefalus congenital, diantaranya disebabkan oleh hal-hal
berikut:
·
Stenosis akuaduktus sylvii, merupakan
penyebab terbanyak pada bayi dan anak. Gejalanya akan terlihat sejak lahir dan
dengan progresif atau dengan cepat berkembang pada bulan-bulan pertama setelah
lahir
·
Spina bifida dan kraniumbifida,
berhubungan dengan sindrom Arnold-Chlari
·
Sindrom Dandy-Walker, terdapat kista
besar didaerah fosa posterior
·
Kista araknoid, terjadi secara
congenital ataupun trauma suatu hematoma
·
Anomali pembuluh darah, akibat adanya
obstruksi akuaduktus
b.
Hidrosefalus Didapat
Pada hidrosefalus jenis
ini, terjadi pertumbuhan otak yang sudah sempurna dan kemudian terjadi gangguan
oleh karena adanya tekanan intracranial yang tinggi. Kelainan ini biasanya
terjadi pada bayi dan anak yang penyebabnya antara lain adalah sebagai berikut:
·
Infeksi, biasanya terjadi pada
hidrosefalus pasacameningitis, meningokel, dan ensefalokel. Pembesaran kepala
terjadi beberapa minggu sampai bulan sesudah sembuh dari penyakit tersebut
·
Neoplasma, disebabkan karena adanya
obstruksi mekaanis pada aluran aliran CSS
·
Perdarahan intracranial yang dapat
menyebabkan hematoma didalam otak, sehingga dapat menimbulkan penyumbatan
D. Tanda
dan Gejala
1.
Tengkorak kepala mengalami pembesaran
2.
Muntah dan nyeri kepala
3.
Kepala terlihat lebih besar dari tubuh
4.
Ubun-ubun besar melebar dan tidak
menutup pada waktunya, teraba tegang dan menonjol
5.
Dahi lebar, kulit kepala tipis, tegang
dan mengilat
6.
Pelebaran vena kulit kepala
7.
Saluran tengkorak belum menutup dan
teraba melebar
8.
Terdapat cracked pot sign bunyi seperti
pot kembang retak saat dilakukan perkusi kepala
9.
Adanya sunset sign dimana sclera berada
diatas iris seakan-akan menyerupai matahari terbenam
10. Pergerakan
bola mata teratur
11. Kerusakan
saraf yang dapat memberikan gejala kelainan neorologis berupa:
·
Gangguan kesadaran
·
Kejang
·
Terkadang terjadi gangguan pusat vital
E. Penatalaksanaan
1.
Umum
a.
Pengawasan suhu atau pencegahan
hipotermi
b.
Pencegahan infeksi
c.
Observasi TPRS, aktivitas, reaksi dan
rangsangan, serta adanya dilatasi pupil strabismus
d.
Intake-output
e.
Perawatan sehabis BAK dan BAB
2.
Khusus
a.
Pengukuran lingkar kepala dilakukan dari
dahi-atas telinga-belakang kepala-lingkaran keatas kepala sisi
sebelahnya-pertemukan didahi, kemudian dibaca satu atau dua angka dibelakang
koma, lalu catat dan buat grafiknya.
b.
Pengawasan dan pencegahan muntah
·
Catat kapan terjadi muntah dan berapa
frekuensinya selama 24 jam serta berapa banyak yang dimuntahkan
·
Berikan minum sedikit-sedikit tapi
sering
·
Bila sampai terjadi muntah segera lakukan
suction untuk mencegah terjadinya aspirasi pneumonia
c.
Pengawasan kejang
·
Hitung berapa lama kejang terjadi dan
frekuensinya selama 24 jam
·
Pasang tongue spatel untuk mencegah
etraksi lidah yang dapat menyebabkan perdarahan atau sumbatan pada saluran pernapasan
d.
Persiapan operasi
·
Lakukan informed consent dan informed
choice pada keluarga tentang besarnya biaya yang perlu dieprsiapkan serta
kemungkina-kemungkinan yang bisa timbul setelah dilakukan operasi
·
Siapkan hasil pemeriksaan darah, X-Ray,
dan CT scan
·
Surat izin operasi dari dokter
·
Oksigen
·
Inkubator
e.
Pemberian makanan dan minuman
Biasanya tidak perlu
diet, tetapi yang terpenting adalah sedikit-sedikit namun sering (prinsip
pemberian makan dan minum pada bayi dengan hidrosefalus)
f.
Perawatan luka
Biasanya dilakukan 3
hari setelah operasi dengan mengganti balutan 2 kali perhari
g.
Pencegahan dekubitus
·
Sebaiknya posisi anak diubah-ubah,
tetapi bagian kepala harus dalam posisi yang terjaga jangan sampai tertekan
·
Lakukan massase pada daerah yang
tertekan dengan sebelumnya mengolesi daerah tersebut dengan minyak atau losion
h.
Mencegah terjadinya kontraktur
Hal ini perlu diperhatikan, terutama
pada anak yang belum dilakukan operasi dan sering mengalami kejang. Daerah
ekstremitas atas dan bawah haru sering digerak-gerakan untuk menghindari
kekauan otot.
NINDS menyebutkan bahwa kategori
penanganan hidrosefalus adalah “life saving and life sustaining” yang berarti
penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah
secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian.
Hal yang dilakukan
untuk mengetahui penyakit ini antara lain adalah :
a.
Pengukuran lingkar kepala secara serial
dan teratur. Hal ini sangat penting untuk deteksi dini penyakit, karena
pembesaran kepala merupakan salah satu petunjuk klinis yang penting untuk
mendeteksi hidrosefalus
b.
Foto polos kepala dan disusul dengan
pemeriksaan ultrasonografi
Hal ini digunakan untuk
menunjang dan melengkapi diagnosis sehingga diperlukan pemeriksaan tambahan
mulai dari yang sederhana
c.
Pemeriksaan dengan senografi
Pemeriksaan ini dapat
digunakan menjadi data minimal untuk menilai pelebaran ventrikel dan ketebalan
jaringan otak. Jika ketebalan kurang dari 2 cm, maka nilai tindakan bedah tidak
bermanfaat
d.
Pemeriksaan computerized tomography scan
(CT scan) atau magnetic resonance imaging (MRI)
Digunakan untuk
mendeteksi struktur anatomi otak, dan penyebab hidrosefalus, misalnya tumor
dalam rongga ventrikel yang semua itu berkaitan dengan strategi penanganan
hidrosefalus
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk
menangani hidrosefalus antara lain :
a.
Menggunakan teknologi pintasan seperti
silicon
Hal ini penting karena
selang pintasan itu ditanam dijaringan otak, kulit, dan rongga perut dalam
waktu yang lama bahkan seumur hidup menderita, sehingga perlu dihindari efek
reaksi penolakan oleh tubuh. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan
dilakukan setelah diagnosis dilengkapi dan indikasi serta syarat dipenuhi.
Tindakan dilakukan terhadap penderita yang dibius otak ada sayatan kecil
didaerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak yang
selanjutnya selang pintasan ventrikel dipasang, disusul kemudian dibuat sayatan
kecil didaerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan rongga
perut antara kedua ujung selang tersebut dihubungkan, dengan sebuah selang
pintasan yang ditanam dibawah kulit sehingga tidak terlihat dari luar.
b.
Teknik neuroendoskopi
Endoskopi dapat
digunakan sebagai alat diagnose dan sekaligus tindakan bedah. VRIES pada tahun
1978 mengembangkan endoskopi yang canggih, yakni sebuah selang fiber-optik yang
dilengkapi dengan peralatan bedah mikro dan sinar laser. Dengan demikian,
melalui sebuah lubang dikepala, selang dipadu dengan layar televise,
dioperasikan alat bedah untuk mebuka tumor yang menyumbat rongga ventrikel.
1.2. FIMOSIS
A. Definisi
Fimosis adalah keadaan dimana kulit penis (preuputium) melekat
pada bagian kepala (grans) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air
seni, sehingga bayi dan anak jadi kesulitan dan kesakitan saat kencing.
Sebenarnya yang berbahaya bukanlah fimosis itu sendiri,
melainkan kemungkinan timbulnya infeksi pada saluran air seni (areter) kiri dan
kanan, kemudian keginjal. Infeksi ini memang dapat menjalar keginjal dan
menimbulkan kerusakan pada ginjal.
Apabila preputium melekat pada glans penis, maka caira sperma,
yaitu cairan putih, kental, yang biasanya mengumpulkan diantara kulit kulup dan
kepala penis akan tertimbun ditempat itu, sehingga mudah sekali terjadi
infeksi. Biasanya yang diserang adalah bagian ujung penis, sehingga disebut
infeksi ujung penis atau balanitis. Sewaktu akan kencing, anak menjadi rewel
yang terlihat adalah kulit kulup terbelit dan menggelembung.
B. Etiologi
Kelainan ini juga menyebabkan bayi/anak sukar berkemih.
Kadang-kadang begitu sukar sehingga kulit prepusium menggelembung seperti
balon. Bayi/anak sering menangis keras sebelum urine keluar. Keadaan demikian
lenih baik segera disunat, tetapi kadang orang tua tidak tega karena bayi masih
kecil. Untuk menolongnya dapat dicoba dengan melebarkan lubang prepusium dengan
cara mendorong kebelakang kulit prepusium tersebut dan biasanya akan terjadi
luka. Untuk mencegah infeksi dan agar luka tidak merapat lagi pada luka
tersebut dioleskan salep antibiotic. Tindakan ini mula-mula dilakukan oleh dokter,
selanjutnya dirumah orang tua sendiri diminta melakukannya seperti dilakukan
oleh dokter (pada orang barat sunat dilakukan pada seorang bayi laki-laki
ketika masih dirawat/ketika baru lahir). Tindakan ini dimaksudkan untuk
kebersihan/mencegah infeksi karena adanya smegma, bukan karena keagamaan.
Adanya smegma pada ujung prepusium juga menyulitkan bayi
berkemih maka setiap memandikan bayi hendaknya prepusium didorong kebelakang
kemudian ujungnya dibersihkan dengan kapas yang telah diterjang dengan air
matang.
Untuk mengetahui adanya kelainan saluran kemih pada bayi, tiap
bayi baru lahir harus diperhatikan apakah bayi telah berkemih setelah lahir
atau paling lambat 24 jam setelah lahir. Perhatikan apakah urine banyak atau
sedikit sekali. Bila terdapat gangguan ekskresi akan terlihat sembab pada
mukanya. Atau bila kelainan lain misalnya kita akan terlihat perut bayi lebih
besar dari normal. Jika menjumpai kelainan tersbut beritahu dokter. Sampai bayi
umur 3 hari pengeluaran urine tidak terpengaruh oleh pemberian cairan. Baru
setelah umur 5 hari dapat terpengaruh.
C. Tanda
dan Gejala
1.
Bayi sukar buang air kecil
2.
Kulit prepusium menggembung seperti
balon
3.
Bayi menangis keras sebelum berkemih
D. Penatalaksanaan
1.
Tindakan paling baik adalah dilakukan sirkumsisi
(sunat) pada bayi
2.
Apabila orang tua tidak tega, maka
cobalah untuk melakukan pelebaran prepusium dengan mendorong prepusium
kebelakang. Namun biasanya hal ini akan menyebabkan luka
3.
Jika terjadi luka, oleskan salep
antibiotik untuk pencegahan infeksi
Pada
90% laki-laki yang telah dikhitan kulup zakar menjadi dapat ditarik kembali
(diretraksi) pada umur 3 tahun. Ketidakmampuan untuk meretraksi kulup zakar
sebelum umur ini dengan demikian fimosis patologis dan fimosis merupakan
indikasi untuk dikhitan. Fimosis adalah ketidakmampuan kulup zakar untuk
diretraksi pada umur tertentu yang secara normal harus dapat diretraksi.
Fimosis dapat konegnital/sekuele radang. Fimosis yang sebenarnya biasanya
memerlukan bedah pelebaran/pembesaran cincin fomosis/khitan. Akumulasi smegma
dibuah kulup zakar infatil fimosis patologis dan fimosis memerlukan pengobatan
bedah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Fimosis adalah
ketidakmampuan kulup zakar untuk diretraksi pada umur tertentu yang secara
normal harus dapat diretraksi. Fimosis dapat konegnital/sekuele radang. Fimosis
yang sebenarnya biasanya memerlukan bedah pelebaran/pembesaran cincin
fomosis/khitan. Akumulasi smegma dibuah kulup zakar infatil fimosis patologis
dan fimosis memerlukan pengobatan bedah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar